Senin, 01 April 2013

Rara



Manusia ditakdirkan untuk mendapat ujian dan cobaan dari Tuhan. Dan sebagai hamba-Nya kita harus menghadapinya bukan malah menyerah sebelum bertanding. Seperti saat ini yang sedang terjadi oleh Rara. Setelah Ayah dan Ibunya bercerai hidupnya makin tak karuan. Disekolah dia malas-malasan, hobinya hanya bermain dan hura-hura bersama temannya.

Setelah perceraian tersebut, dia memilih ikut dengan Ibunya. Tiap pagi  Rara pamit kesekolah kepada ibunya. Tetapi bukan di sekolah, dia malah membolos dan pergi main dengan teman-temannya. Setiap hari selalu seperti itu dan makin hari makin dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Hingga akhirnya Ibunya mendapat surat panggilan dari sekolah.

Sore hari saat matahari mulai terbenam, terdengar suara ketukan pintu. Ibu Rara membukakan pintu dengan lembut. Dan setelah membukakan pintu dan mengetahui bahwa anaknya lah yang datang. Ibu Rara langsung bertanya kepada anaknya itu “Darimana saja nak? Sore menjelang malam ini baru pulang?” tanya ibunya cemas. “Dari sekolah lah Bu, memang mau dari mana lagi?” jawabnya agak ketus. Ibunya mulai bertanya kembali, “ Nak, tadi Ibu dapat surat panggilan dari sekolahan katanya kamu sering membolos. Apakah benar berita itu? Jawab jujur saja nak!” tanya ibunya lembut. Rara pergi meninggalkan ibunya yang ada diruang tamu dan melupakan pertanyaan Ibunya tadi.

Ayam mulai berkokok bersautan, embun mulai berjatuhan diatas dahan. Ibu Rara bangun dan melakukan kewajibannya terhadap Tuhan yaitu sholat subuh. Setelah itu, Ibu Rara membersihkan rumah dan memasak untuk anak kesayangannya tersebut. Rara tidak pernah bisa bangun pagi dan tidak pernah membantu pekerjaan rumah. Ibunya memang sangat memanjakan Rara, disatu hal dia adalah anak semata wayang Ibunya. Dan apalagi setelah perceraian orangtuanya. Ibunya merasa bersalah sekali dengan Rara dan hal itu yang membuat Ibunya tidak berani berbicara keras atau sekalipun memarahi Rara. Ibunya berpikir jika dia memarahi Rara, Rara akan marah kepadanya dan memilih tinggal bersama Ayahnya.

Setelah Rara siap untuk kesekolah, dan kali ini ada yang berbeda karena Ibunya untuk pertama kali ikut kesekolah dan mengantar anaknya Rara. Rara sedikit merasa risih dan bad mood karena rencananya hari ini untuk main bersama teman-temannya digagalkan oleh Ibunya. Disepanjang perjalanan Rara hanya cemberut dan diam saja. Padahal Ibunya sudah berusaha membangun suasana diantara mereka dengan mengajak bicara. Tapi hasilnya tetap nihil Rara tidak mau mengeluarkan sepatah katapun dari bibirnya.


Akhirnya angkot yang dinaiki keduanya berhenti didepan gerbang sekolah Rara. Mereka turun tanpa ada ekspresi diwajah mereka berdua. Ibunya menggandeng Rara untuk menuju keruang Kepala Sekolah. Dengan langkah terpaksa, Rara ikut masuk bersama Ibunya itu.

Didalam ruang tersebut Kepala Sekolah memperlihatkan presensi kehadiran Rara kesekolah dan nilai-nilai Rara yang turun sangat drastis. Ibunya terkejut dan menitihkan air mata tanpa henti karena tak habis pikir anaknya yang dikira baik-baik saja setelah perceraian tersebut ternyata menuai masalah yang sangat besar.

Terik matahari yang menyengat mereka pulang dengan angkot. Sesampainya dirumah Rara langsung bersujud didepan Ibunya dan meminta maaf atas kesalahan yang pernah dia perbuat selama ini dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Sekian………